Musik Tradisional Gendang Beleq, Sejarah Singkat dan Perkembangannya Saat ini

Pementasan Gendang Beleq dalam sambutan sebuah acara

Gendang beleq merupakan kesenian musik tradisional khas suku sasak yang disuguhkan secara bersama-sama atau berkelompok, dengan menampilkan

permainan alat musik gendang sebagai sajian utamanya.

Dalu, musik tradisional gendang beleq dimainkan untuk melepaskan keberangkatan prajurit Kerajaan Sasak menuju medan perang.

Dimana suara tabuhan yang dihasilkan oleh musik ini dipercaya merupakan sebuah senggeger atau pemberi energi semangat kepada para prajurit pada saat berada di medan perang.

Namun, seiring berkembangnya zaman dan sistem monarki atau pemerintahan

kerajaan di Lombok telah runtuh, kini  Gendang Beleq pun telah mengalami peralihan fungsi. Dimana oleh masyarakat suku sasak saat ini, digunakan sebagai bagian dari prosesi adat nyongkolan atau sebuah prosesi arak-arakan sepasang pengantin menuju kediaman mempelai wanita.

Nama gendang beleq sendiri diambil berdasarkan suara yang dihasilkan saat alat musik ini dimainkan yakni bersuara beleq (besar), sehingga diberi nama gendang beleq atau gendang besar.

Pendapat lain juga mengatakan bahwa penamaannya juga didapat berdasarkan makna atau maksud dari kata beleq, yaitu besar, agung, mulia, atau luhur. Sebab dahulu gendang beleq dipercaya merupakan kesenian yang hanya dapat disajikan oleh kalangan kerajaan.

Selain itu, kata gendang beleq juga didapat dari ukuran dari alat musik ini sendiri, yakni gendang beleq atau gendang besar. Tentu ini berkorelasi dengan ukurannya yang cukup besar untuk ukuran sebuah gendang pada umumnya, dengan panjang 1,5 m dan diameter hingga 45 cm. Para pemain gendang beleq dikenal dengan sebutan sekhe yang berjumlah 17 orang dengan tambahan 3 awur atau pemain cadangan dan 1 orang penoaq atau seorang pemimpin dalam satu kelompok musik gendang beleq. Ketujuh belas sekhe tersebut akan memainkan tujuh jenis alat musik, seperti gendang beleq yang terdiri dari gendang beleq mame dan nine, cemprang atau kenceng, petuq, rinceq, gong, reong, dan suling.

Masyarakat sasak menganut kepercayaan bahwa para ulama Islam dahulu menggunakan tujuh belas pemain musik tradisional gendang beleq tersebut menyerupai jumlah rakaat salat wajib dalam ajaran agama Islam. Jumlah sekhe merupakan simbol dalam menyebarkan dan mengenalkan perintah salat yang direpresentasikan melalui media kesenian musik tradisonal gendang beleq.

Namun seiring dengan perkembangannya saat ini, jumlah dari sekhe, sudah tidak menjadi suatu keharusan untuk menyajikan musik tradisional gendang beleq. Hal ini dikarenakan adanya penambahan jumlah alat musik yang dimainkan guna menambah suasana ramai dan megah dalam sebuah penyajian musik tradisional gendang beleq.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Artikel Terkait

IMG-20231026-WA0060