Di daerah selatan, pulau Lombok terdapat sebuah ritual, yaitu ritual bau nyale yang begitu erat kaitannya dengan mitos legenda Putri Mandalika. Konon, sang putri merupakan wanita yang berparas cantik, cerdas, dan rupawan sehingga banyak pangeran yang jatuh hati dan ingin mempersuntingnya.
Lamaran kepada sang putri terus berdatangan dari para pangeran, namun tidak ada satu pun yang diterima karena sang putri khawatir jika memilih salah satu pangeran maka akan terjadi pertempuran dan tentunya akan menjadi perpecahan di gumi sasak.
Hingga pada suatu hari, Putri Mandalika mengundang seluruh pangeran yang ingin melamarnya untuk bertemu di sebuah bukit pada tanggal 20 bulan ke-10 (dalam penanggalan kalender suku Sasak).
Tepatnya pada pagi buta sebelum adzan subuh berkumandang. Sang putri memerintahkan seluruh pangeran untuk hadir bersama dengan rakyatnya dan menjelaskan maksud mereka dikumpulkan.
“Wahai Ayahanda, Ibunda serta pangeran dan seluruh rakyat negeri ini yang begitu aku cintai. Hari ini telah kutetapkan diriku untuk kalian semua. Aku tidak dapat memilih satu di antara pangeran-pangeran ini. Maka, ini takdir yang harus aku kehendaki untuk menjadi nyale yang nanti dapat kalian nikmati semua.”
Bersamaan dengan akhir dari perkataan tersebut, sang putri menceburkan dirinya ke laut, kemudian langsung diterjang ombak dan hilang entah ke mana.
Beberapa saat setelah itu, muncul bintang kecil yang jumlahnya sangat banyak yang kini oleh masyarakat suku Sasak dikenal dengan nyale.
Ritual bau nyale saat ini masih terus dilakukan oleh masyarakat Sasak. Kehadiran nyale di pantai selatan setiap tahun dipercaya sebagai jelmaan dari Putri Mandalika.