Sejumlah tokoh adat sasak, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga instansi pemerintah menggelar Sangkep Warige di Dusun Adat Ende, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Minggu (14/1/2024).
Sangkep Warige merupakan sebuah prosesi musyawarah adat, dalam menentukan penanggalan tanggal Bau Nyale atau menangkap cacing laut yang jatuh setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan suku sasak.
Sangkep Warige berasal dari kata Sangkep yang artinya musyawarah dan Warige atau Urige (dalam Bahasa Sasak) adalah sistem penanggalan Sasak untuk menentukan hari.
Adapun pelaksanaan Sangkep Warige terbagi menjadi dua sesi, yaitu Sangkep Madye dan Sangkep Warige.
Sangkep Madye, merupakan musyawarah pertama yang dilakukan oleh sejumlah tokoh adat yang berasal dari 4 arah mata angin yang berbeda, untuk menyepakati kapan jatuhnya tanggal 20 bulan tersebut.
Selanjutnya, setelah terjadinya kesepakatan, maka barulah dilakukan Sangkep Madye, sebagai sidang atau musyawarah adat untuk mengumumkan tanggal Bau Nyale kepada khalayak ramai.
Lalu Agus Faturrahman, selaku pimpinan sidang menuturkan bahwa Bau Nyale pada tahun 2024 ini, jatuh pada tanggal 29 Februari-1 Maret 2023.
“Dimana tanggal Bau Nyale yang dimaksud tanggal 20 bulan 10 atau bulan Rowah dalam Sasak atau bulan Sya’ban 1445 H, jatuhnya pada tangal 29 Februari masuk tanggal 1 Maret 2024,” ujar Lalu Agus Faturrahman.
Adapun penetapan ini dilakukan berdasarkan dengan khazanah pengetahuan ilmu astronmi tradisi sasak.
“Yang dikatakan oleh Putri Mandalika datanglah tanggal 20 bulan 10 itu, kemudian menjadi patokan atau acuan kita,” kata Lalu Agus Faturrahman.
Dimana bulan 10 dihitung bukan dari Januari, tetapi dari kembalinya bintang rowot kepada matlak aslinya atau tetapnya.
Dalam perhitungan astronomi, itu berada pada 66 derajat per kisaran itu. Kemudian itulah yang menjadi patokan atau acuan dalam menentukan kapan tanggal Bau Nyale.
Selanjutnya, para pemangku adat dari 4 penjuru mata angin, yakni paer lauq, paer daye, paer timuq dan paer bat, melakukan kajian. Kebenaran dari hasil kajian tersebut, selanjutnya didaulat dan ditegaskan oleh para pemangku adat dan menghasilkan bahwa, Bau Nyale tahun 2024 jatuh pada tanggal 29 Februari dan 1 Maret 2024
Kendati demikian, Lalu Agus Faturrahaman menegaskan bahwa, perkara ada tidak ataupun banyak sedikitnya Nyale, bukan lagi urusan tanggal 20 bulan 10, tetapi banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Diantaranya adalah kondisi alam dan adat yang perlahan mulai rusak.
“Banyak aspek yang menyebabkan Nyale ini tidak muncul, sehingga jika ingin mempertahankan tradisi Bau Nyale ini, mari kita pertahankan sesuai dengan alam nyale dan adat nyale,” tandasnya.