Desa Penunjak, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan desa penghasil gerabah tertua dan terbaik di Lombok, namun begitu nama Desa Penunjak belum sepopuler Desa Pringgasela, Desa Banyumulek, dan Desa Sekarbela.
Mayoritas penduduk Desa Penujak Lombok memiliki mata pencaharian sebagai pengerajin gerabah. Pengerajin-pengerajin tersebut tersebar di 7 dusun, dengan masing-masing keahlian dan kekhasannya. Dusun Andong memiliki gerabah gentong, Dusun Tongkek dan Dusun Kangi yang memproduksi gerabah tempat lilin. Dusun Mantung dan Dusun Toro dengan gerabah piringnya, dan Dusun Terandon yang memproduksi kendi. Sementara untuk finishing (tahap akhir) dipercayakan kepada Dusun Telage.
Selain bentuk-bentuk yang umum, para pengerajin Desa Gerabah Penujak juga membuat bentuk-bentuk yang unik. Salah satunya yang paling khas adalah Kendi Maling, hasil seni dan kerajinan ini sama dengan yang diproduksi oleh Desa Banyumulek.
Di Desa Penujak wisatawan bisa menyaksikan berbagai proses pembuatan kerajinan gerabah. Mulai dari pemilihan tanah, pematangan tanah liat, pembentukan gerabah, pengeringan, sampai proses finishing-nya. Semua proses tersebut dilakukan dengan alat-alat yang sederhana.
Di Desa Penunjak ada sebuah Art Shop. Di tempat itu pengunjung dapat belajar membuat gerabah atau memesan motif hiasan yang disukai pada pengerajin. Ada pula gerabah – gerabah yang telah jadi dan siap untuk dibawa pulang.
Di Art Shop pengunjung juga bisa berbelanja berbagai macam gerabah dengan berbagai bentuk serta motif. Untuk harganya pun bervariatif, mulai dari harga Rp. 30.000,- sampai Rp. 200.000,-. Meski harganya relatif murah kualitas gerabah Desa Penunjak tak perlu dipertanyakan.
Bahan dasarnya, yaitu tanah liat, juga dipilih yang terbaik. Yaitu yang memiliki tingkat rembesan di bawah 15% (berdasarkan hasil penelitian New Zealand tahun 1980-1983). Bahan dasar yang berkualitas tersebut yang kemudian melahirkan hasil kerajinan gerabah yang berkualitas pula.
Menurut sejarah, kerajinan gerabah di Pulau Lombok berawal dari sebuah Kendi yang sederhana. Ketel/kendi tersebut biasa dipakai dalam upacara Adat Urip (upacara kelahiran) dan Adat Pati (upacara kematian). Pada waktu kelahiran, kendi dipakai untuk menyimpan tali pusar. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari, kendi digunakan untuk memasak.
Dan pada saat kematian, kendi dipakai untuk memandikan jenazah. Nilai ini yang dipegang sepagai bentuk pengingat, bahwa manusia janganlaah menjadi sombong dan congkak. Karena manusia hanyalah segumpal tanah, yang akan kembali ke tanah pula.
Serta kehidupan manusia yang juga tergantung pada sebuah kendi tanah yang sederhana. Kendi inilah yang kemudian dikembangkan menjadi ratusan bentuk kerajinan gerabah.
Diketahui Desa gerabah Penujak terletak sekitar 35 Kilometer dari Kota Mataram, atau sekitar 2 Kilometer dari Bandara Internasional Lombok (BIL). Bila mengunjungi Desa Penujak dengan kendaraan peribadi, memakan waktu perjalanan dari Kota Mataram sekitar 50 Menit.
Dengan menempuh rute melalui jalan yang menuju ke BIL. Setelah sampai di pertigaan Sengkol, beloklah ke kanan. Selanjutnya 15 Kilometer dari pertigaan tersebut. Seperti itulah rute yang dilaluii, agar sampai ke Desa Penunjak penghasil gerabah terbaik di Lombok. (*18)